Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menegaskan pentingnya hilirisasi dalam mengembangkan aneka produk dari kratom melalui koperasi di Kalimantan.
Kratom merupakan tanaman endemik Asia Tenggara yang sejak lama daunnya dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sebagai tumbuhan herbal dan memiliki nilai ekonomi yang cukup besar.
“Saat ini, proses produksi kratom itu sudah bisa dilakukan oleh koperasi,” katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (14/9/2024).
Ia mengatakan, langkah strategis pengembangan produk kratom bahkan sudah ada dibahas di Rapat Kabinet yang dipimpin Presiden Jokowi.
“Karena, ini sangat layak untuk dikembangkan sebagai peningkatan ekonomi Kalimantan,” kata Menteri Teten.
Teten mengaku optimistis, hilirisasi produk kratom dapat dilakukan apalagi Koperasi Koprabuh sudah melakukan riset yang cukup mendalam.
Dan ini bisa menjadi bahan baku supply chain untuk industri farmasi, makanan dan minuman, serta sektor-sektor lainnya.
“Ini yang ingin kita kembangkan produksinya,” kata Menteri Teten.
Terkait pasar, ia bilang, permintaan dunia sudah semakin besar. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai ekspor kratom selalu mengalami pertumbuhan dengan tren sebesar 15,92 persen per tahun, sejak 2019.
Salah satu negara tujuan ekspor utama kratom Indonesia adalah Amerika Serikat (AS). Pada periode Januari-Mei 2023, porsi AS mencapai 4,86 juta dolar AS atau 66,30 persen dari total ekspor kratom Indonesia.
“Jangan sampai negara lain yang mengambil potensi besar dan keuntungan dari kratom ini,” imbaunya.
Teten juga mengingatkan agar masyarakat tidak menjual bahan mentahnya saja, namun harus diolah agar terwujud hilirisasi.
Ia meyakini, embrio untuk teknologi hilirisasi tersebut sudah ada. “Ini sebenarnya hilirisasi, supply chain-nya, bahan bakunya, dari para petani. Hilirisasinya butuh teknologi, dan itu tidak mahal. Ini bisa dipakai di Rumah Produksi Bersama,” ujarnya.
Ke depan, Teten berharap kratom harus menjadi produk yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi lebih. Dan menjadi produk unggulan dari Kalimantan.
Bahkan, dengan pengembangan bahan baku lokal yang melibatkan banyak orang, hal ini bisa mengangkat kesejahteraan masyarakat.
Komoditas kratom memiliki potensi sangat tinggi bagi peningkatan kesejahteraan petani, pendapatan daerah, dan pendapatan nasional, sehingga perlu ada regulasi tata kelola kratom yang melindungi kepentingan petani dari tengkulak maupun eksportir nakal.
Ia kembali mengingatkan, agar ekosistem perdagangan dan investasi harus tepat dan terjaga baik.
“Kalau tidak, nilai ekonomi dari kratom bisa diambil pihak lain,” ujarnya.
Sementara itu, CEO Koperasi Koprabuh Indonesia Yohanis Walean mengakku, produk Kratom sudah masuk kategori herbal dan legal ekspor yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
“Istilahnya adalah Emas Hijau, yang potensinya lebih besar dari sawit,” ucap Yohanis.
Penanaman kratom pun terbilang tidak rumit. Kuncinya, kata dia, harus yang dekat sumber air, daerah aliran sungai, rawa, dan tepi danau. Walaupun terendam banjir selama tiga bulan, pohon kratom tetap tumbuh bertahan.